Hai...

Assalamu'allaikum Wr Wb

Hai teman-teman, apa khabar? Semoga sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT, amiin.

Selamat datang di blog komunitas penulis cilik di Surabaya, FLP Kids Surabaya.

Tertarik untuk bergabung? Kirim email saja ke: flpkids.surabaya@gmail.com

Salam,

FLP Kids Surabaya

Cari Blog Ini

Sabtu, 05 Juni 2010

Pak Pat si Tukang Pos

Oleh Nisa (9 thn)

Pada suatu hari di Desa Greendale. Pak Pet bersama Jessy akan mengantarkan surat ke para warga desa Greendale. Pak Pet mengajak Jessy untuk ikut bersama. Tetapi Jessy tidak mau ikut karena dia bermain sampah di depan rumah. Setelah Pak Pet bilang kepada Jessy. Pak Pet langsung meninggalkan Jessy bermain di depan rumah.
Setelah beberapa menit Jessy terlalu lama bermain. Lama kelamaan Jessy memanjat dan akhirnya tersangkut di pohon. Sarah mencari Jessy, ternyata Jessy memanjat pohon. Jessy tidak bisa turun karena tersangkut. Sarah memanggil orang-orang yang berada disekitar situ. Semua orang sudah berkumpul dan akhirnya ditolong. Kata Ibu Tukang Pos, Jessy harus melompat dan nanti akan ditangkap. Tetapi Jessy tambah naik dan akhirnya Sarah mempunyai ide. Setelah ditolong Sarah, Jessy berani turun. Dan akhirnya satria di desa Greendale adalah Sarah.

Jazz Mengejar Kertas Lipat

Oleh Gangga H. (9 th)
Ada kucing yang lagi mengejar kertas lipat. Dia mengejar terus kertas lipat itu terbang ke pohon, Jazz naik ke pohon. Jazz ingin mengambilnya tetapi dia takut dan kertas lipatnya jatuh, Jazz masih takut. Sarah datang dan melihat Jazz di pohon, dia menelfon Pak Ajai. Pak Ajai menelfon Bu Pos dan Bu Pos menelfon Pak Polisi. Pak Polisi lagi menemani That membersihkan Desa Greendale. Sekarang dia membersihkan lapangan. Dia melihat handphone atau telfon genggam ternyata ada orang yang menelfon. Ternyata yang menelfon Bu Pos.
“Ada apa Bu Pos?”
“Jazz naik ke pohon lalu dia takut. Begitu ceritanya.” Jawab Bu Pos.
Lalu Pak Pat dating. Pak Polisi dan Pak That juga sudah dating. Pak Ajai juga dating sambil membawa tangga untuk mengambil Jazz. Lalu Pak Ajai malah bikin Jazz takut. Pak Polisi puny aide bagaimana kalau pendorong debu untuk terbang.
“Tapi mana bisa kalau badanku berat. Bagaimana kalau Sarah?” Kata That.
“Ehmm… temnaku saja.” Kata Sarah.
“Tidak. Kau saja, Sarah.” Teman Sarah menanggapi.
“Terima kasih.” Kata Sarah. Lalu sarah memakai pendorong debu itu. Lalu Sarah terbang dan mengambil Jazz.

Pak Pat Tukang Pos-Tahsyah

Oleh Tahsyah Nabillah Putri Agra Dewi (9 th)

Pada suatu hari Sarah bermain bersama temna-temannya bermain astronot diatas pohon. Akhirnya Sarah ngambek lalu Sarah nggak ikut mainan. Lalu Sarah melihat kucingnya diatas pohon lalu Sarah memanggil Ayah dan Ibunya untuk menolong kucingnya. Akhirnya semua orang ke kucingnya Sarah. Lalu Pak Pembersih Sampah membawa alatnya. Sehabis itu Ibu Pos membawa membawa selimutnya supaya nanti kalau kucingnya Sarah itu jatuh jadi tidak terluka. Tetapi kucingnya tidak berani, takut jatuh. Akhirnya Sarah punya ide untuk kucing itu. Akhirnya Sarah pinjem alat penyedot sampah ke tukang sampah. Akhirnya ide Sarah dilakukan dan berhasil. Akhirnya kucing Sarah turun lalu teman-temannya Sarah meminta maaf dan semuanya berterima kasih kepada Sarah. Akhirnya Sarah juga meminta maaf atas kecerobohannya.

Pak Pat si Tukang Pos

By Azafia Salsabila P. (9 th)

Pada sutu hari di desa Greendale ada anak-anak kecil yang bermain di rumah pohon. Anak itu bernama Sarah. Sarah bermain dengan teman-temannya. Sarah suka mengatur teman-temannya jadi teman-temannya tidak mau bermain dengan Sarah. Sarah keluar dari permainan itu lalu Sarah ke Pak Pat. Kemudian Pak Pat menerangkan Sarah menyesali semua itu.
Pak Pat kembali lagi bekerja, kemudian Sarah bertemu dengan Jas yang lagi mengejar sampah. Kemudian sampahnya keatas pohon, Jas tetap mengejar. Lalu sampahnya turun, Jas tidak bisa turun. Dia ketakutan. Lalu Sarah menelfon Mama Sarah dan Papa Sarah. Kemudian Mama Sarah menelfon Ibu pos untuk menelfon Pak Polisi.
Pak Pat datang lalu Ibu Pos menelfon Pak Polisi lagi, kemudian diangkat. Semua orang datang untuk menolong Jas. Sarah mendapat ide dan Sarah bisa menolong Jas.

Review Film

Untuk sesi kelas review. Adik-adik FLP kids diajak nonton film kartun 'The Postman Pat". Kemudian, mereka diminta untuk menceritakan kembali apa yang sudah mereka lihat. Pengajar membebaskan para murid untuk bebas berinterpretasi. Mereka dibebaskan untuk tidak runut menceritakan film tersebut. Mereka juga diperbolehkan untuk menceritakan bagian-bagian film tertentu saja. Kami selaku pengajar, memang tidak memberikan tekanan anak untuk mengikuti kaidah resensi secara baku. Karena tujuan kami, anak-anak paham bahwa review adalah menceritakan kembali apa yang sudah dilihat atau dibaca oleh mereka. Selain itu kami ingin anak-anak mencintai kegiatan menulis. Kami berusaha membangun sugesti dalam benak mereka bahwa menulis itu menyenangkan.

Cinderella

Oleh Sarah Nabilah Azahra (7 th)

Dulu ada seorang pria yang sangat ganteng, sayangnya pria itu jahat dan jail. Ada wanita yang suka dengan pria itu. Katanya dia (wanita itu) mau menikah dengan pria itu. Lama-kelamaan pria itu resek dan selalu menjahili perempuan itu. Lalu datang Ibu Perinya dan berkata.

“Kenapa kamu menjahili Cinderalla?” Ohhh… jadi namanya Cinderella. Iya lhoo… kemana? (bersambung)

Cinderella Memetik Strawberry Ajaib di Kebun Strawberry

Oleh Rafika Izzatur Rahman (9 th)

Pada suatu hari di sebuah desa perkebunan, hiduplah seorang fakir miskin yang hidupnya susah. Dia hidup sebatangkara karena Ayah dan Ibu kandungnya sudah tiada. Dia bernama Cinderella. Dia mempunyai Ayah tiri, Ibu tiri dan dua saudara tiri perempuan. Ternyata mereka itu sebenarnya Paman, Bibi dan saudara sepupunya. Paman dan Bibi adalah saudara orang tuanya. Paman, Bibi dan sepupunya itu kaya. Suatu hari, Paman dan Bibinya bilang kalau sebenarnya Cinderalla itu kaya.

Pada suatu hari paman dan keluarganya pergi ke Paris van Java dan menginap di apartemen hanya untuk sementara. Dalam suatu perjalanan di Paris van Java, Paman, Bibi dan sepupunya kecelakaan dan nyawa mereka tidak terselamatkan. Akhirnya Cinderella hidup sendiri, sebatang kara. Aslinya kerajaan Paman dan Bibi itu hak Cinderella. Bukannya Cinderella menolak, tetapi ada orang yang merebu kerajaan itu.

Cinderella menangis, menangis dan menangis. Dia sudah tak bisa membeli sembako karena tidak mempunyai uang.

“Hiks… hiks… hiks… aku haus. Hiks… hiks… hiks… aku lapar. Hiks… hiks… hiks… aku tak punya uang hiks… hiks… hiks…” Lalu ada seorang tetangganya yang sabar, kaya, dermawan, baik, rendah hati. Dia bertanya kepada Cinderella.

“Kenapa cin? Kamu kok menangis? Mungkin kamu dari kemarin belum makan ya?”

“Ya. Aku lapar.” Jawab Cinderella dengan air mata yang masih bercucuran.

“Oh, kamu lapar? Mari ke rumahku. Kita makan bersama dan bicara-bicara. Hidup ini memang susah jadi…”

“Jadi apa? Apakah tak repot kalau aku makan bersama?” Tanya Cinderella.

“Tidak kok. Jadi ya? Gitu deh. Ya sudah, ayo dahar jeng ainga[1]. “ Ajak tetangga Cinderella.

“Ya sudahlah.” Kata Cinderella. Setelah selesai makan, mereka berdua berbincang-bincang.

“Oh iya, Cin. Besok, kamu boleh metik strawberry di kebunku, sepuasnya.”

“Terima kasih kalau gitu, ya.” Ucap Cinderella dengan gembira.

“Ya. Sama-sama.”

Keesokan harinya, Cinderella berangkat ke kebun strawberry itu. Dia membawa keranjang rotan buatan kakeknya. Dia memetik strawberry sepuasnya. Ketika pulang, dia membuka keranjang rotan yang besar sekali –sekoper kurang besar-. Ternyata yang paling besar menjadi emas semua. Keranjang yang sedang menjadi minuman dan makanan. Keranjang yang paling kecil berisi buah-buahan. Akhirnya, Cinderella menjadi kaya tetapi tidak sombong.


[1] (bahasa Sunda) yang artinya makan sama saya